C. Perkembangan Keilmuan PR

C. Perkembangan Keilmuan PR 




Perkembangan Keilmuan PR tidak lepas dengan perkembangan Ilmu Komunikasi itu sendiri. Perkembangan komunikasi sebagai ilmu diawali dengan kajian-kajian komunikasi dalam kehidupan masyarakat pada abad ke-19. Setelah akhir Perang Dunia Pertama, terjadi revolusi industri yang menggerakkan banyak penemuan teknologi di bidang komunikasi seperti telepon, telegraph, radio, TV dan lainnya. Kajian-kajian komunikasi banyak di lakukan di Eropa terutama Jerman dan Perancis. 

Ketika itu istilah komunikasi belum dikenal. Istilah yang dikembangkan adalah Publisistik di Jerman dan kemudian Amerika mempopulerkannya menjadi Journalism. Kajian-kajian utamanya adalah komunikasi melalui media cetak, baik proses serta pengaruh atau dampak informasi media terhadap khalayak. Kajian tersebut berkembang seiring dengan tumbuh pesatnya industri periklanan dan penyiaran di negara- negara tersebut.

 Terkait dengan perkembangan tersebut, maka media komunikasi tidak terbatas pada media cetak, juga media elektronik atau penyiaran, sehingga istilah communication mulai diperkenalkan sebagai istilah yang lebih luas cakupan media, maupun cakupan ruang lingkup atau konteksnya. Dengan demikian, komunikasi tidak hanya dipandang sebagai cara menyampaikan pesan melalui media, melainkan juga komunikasi pribadi, kelompok, organisasi dan lingkup lainnya. Setelah Perang Dunia ke-2 sampai dengan tahun 1960, kajian komunikasi lebih berkembang lagi dan menjadikan komunikasi sebagai ilmu yang mandiri. 

Tercatat 7 tokoh dunia yang berjasa sebagai pendiri atau perintis ilmu komunikasi adalah : 
-Claude E Shannon, 
-Norbert Wiener,
-Harold D Lasswell (ahli ilmu politik) , 
-Kurt Lewin & Carl I. Hovland (ahli psikologi sosial)
-Paul F. Lazarsfeld (Sosiolog)
-Wilbur Scramm.

Kajian-kajian komunikasi di universitas-universitas Eropa mempengaruhi negara-negara lain untuk juga membuka institusi pendidikan khusus komunikasi dan kemudian menyebar ke negara-negara berkembang lainnya di Asia dan Afrika. Kajian tersebut kemudian menghasilkan pula spesialisasi komunikasi, antara lain Public Relations. Namun sebelumnya PR sebagai metode komunikasi atau teknik komunikasi sudah dipraktekkan dalam bentuk propaganda politik, atau media penerangan bagi pemerintah.
 Lembaga Pendidikan Public Relations pertama didirikan di Inggris oleh Sir Stephen Tallents yang sebelumnya sudah bekecimpung dalam praktek PR untuk lembaga pemerintahan Inggris . Lembaga tersebut adalah Institute of Public Relations (IPR) dan didirikan tahun 1948. Kemudian pada tahun yang sama dibentuk pula Public Relations Society of America di Amerika Serikat. 
Pembentukan komunitas ini merupakan awal perkembangan praktek Humas bagi lembaga dan perusahaan swasta, bahkan biro kunsultan Humas pertama kali didirikan di Amerika oleh Ivy Leedbeter Lee. Sebelumnya Lee adalah seorang jurnalis dan membuka lembaga konsultan Humas yang menangani fungsi-fungsi kehumasan di perusahaan-perusahaan di sector industri batubara.

Kajian-kajian PR untuk mengembangkan posisinya sebagai ilmu yang mandiri sebagai mana komunikasi, tampaknya belum banyak dilakukan. Spesialisasi PR lebih berkembang sebagai bentuk komunikasi terapan di banyak lembaga baik pemerintah maupun swasta. Di Indonesia pun, PR lebih banyak diperbincangkan sebagai profesi. Bahkan ilmu komunikasi sebagai induk PR, belum betul-betul dianggap sebagai ilmu yang mandiri. 

Hal ini terlihat pada kedudukan bidang studi Komunikasi di banyak perguruan tinggi terkemuka masih berada di bawah Fakultas Ilmu-ilmu sosial. Hal ini terlihat di Universitas Gadjah Mada, yakni universitas yang pertama mendirikan jurusan Publisistik yang saat ini menjadi jurusan Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FISIPOL), di Universitas Indonesia menjadi Departemen Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Politik. 

Perguruan tinggi negeri yang menjadi Komunikasi sebagai Fakultas adalah Universitas Pandjadjaran-Bandung, sedangkan di perguruan tinggi swasta adalah Universitas Mercu Buana. Semakin banyaknya Fakultas Ilmu Komunikasi, maka akan memberi peluang bagi kajian spesialisasi seperti halnya Public Relations menjadi lebih mengkristal dan memandirikannya sebagai ilmu tersendiri.

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar