Sosiologi Antropologi
“Sejarah dan
Proses terjadinya
Segregasi dan Apartheid”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Segregasi
adalah pemisahan kelompok ras atau etnis secara paksa dan Apertheid
berasal dari pendudukan yang dilakukan oleh Bangsa Eropa diAfrika . Bangsa
Eropa yang pertama kali datang ke Afrika selatan adalah Bangsa Belanda . Bangsa
belanda datang ke Afrika Selatan dimpin oleh Jan Anthony Van Riebeeck.
Kedatangan bangsa Belanda ini menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat
afrika selatan . Masyarakat afrika selatan menjadi dibawah penduduk bangsa
Eropa ( Belanda / kulit putih ) sehingga masalah perbedaan warna Kulit ini
menjadi titik pangkal munculnya masalah Apertheid .
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Konflik
Sergregasi dan Apertheid bisa terjadi ?
2. Kapan
Terjadinya Apertheid ?
3.
Dimana Apertheid
terjadi ?
4.
Siapakah
yang memprakasai Apertheid dibubarkan ?
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah mengenai Manusia Makhluk Materialisme ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk
memenuhi tugas saya untuk mata kuliah Sosiologi Antropologi
2. Untuk
memberikan informasi mengenai Sejarah
dan Proses Terjadinya Segregasi dan Apartheid
BAB II
TEORI
2.1 Segregasi
Segregasi adalah
pemisahan kelompok ras atau etnis secara paksa. Segregasi merupakan bentuk
pelembagaan diskriminasi yang diterapkan dalam struktur sosial. Segregasi yang
paling terkenal adalah praktik politik Apertheid yang pernah diberlakukan di
Afrika Selatan.
2.2
Apartheid
Apartheid
(arti dari bahasa Afrikaans: apart
memisah, heid sistem atau hukum) adalah sistem pemisahan ras yang
diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari sekitar awal abad
ke-20 hingga tahun 1990.
Hukum
apartheid dicanangkan pertama kali di Afrika Selatan, yang pada tahun 1930-an
dikuasai oleh dua bangsa kulit putih, koloni Inggris
di Cape Town dan Namibia
dan para Afrikaner Boer (Petani Afrikaner) yang mencari
emas/keberuntungan di tanah kosong Arika Selatan bagian timur atau disebut Transvaal
(sekarang kota Pretoria dan Johannesburg).
Setelah Perang Boer selesai, penemuan emas
terjadi di beberapa daerah di Afrika Selatan, para penambang ini tiba-tiba
menjadi sangat kaya, dan kemudian sepakat untuk mengakhiri perang di antara mereka,
dan membentuk Persatuan
Afrika Selatan.
Perdana Menteri Hendrik
Verwoerd pada tahun 1950-an mulai mencanangkan sistem pemisahan di
antara bangsa berkulit hitam, dan bangsa berkulit putih, yang sebenarnya sudah
terjadi sejak tahun 1913 yaitu "Land Act" dimana para bangsa kulit
hitam tidak boleh memiliki tanah semeter pun di luar batas "Homeland"
mereka, yang sangat kotor dan tidak terawat. Dari banyak sekali Homeland
(bahasa Afrikaans: Tuisland) yang dibentuk/
dipisahkan dari Afrika Selatan yang "putih". Empat menyatakan
kemerdekaannya; yaitu negara yang dikelompokkan menjadi TBVC (Transkei,
Bophutatswana,
Venda, dan Ciskei) dari suku
bahasanya.
Frederik Willem de Klerk adalah orang yang
mengakhiri masa suram ini dengan pidato-pidatonya yang reformatif. Negara
Republik Afrika Selatan setelahnya ini akan berdiri dengan pimpinan demokratis Nelson Mandela yang mempunyai nama alias
"Rolitlatla" (Pengambil Ranting/pencari gara-gara)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah
Segregasi
Segregasi (pemisahan berdasarkan ras)
muncul/monumental pertama kali dan banyak dibicarakan di Amerika pada
1954-1967, bersamaan dengan timbulnya perjuangan Martin Luther King, Jr yang
terkenal dengan nonviolence movement. Meskipun, dari sisi historisnya
segregasi sendiri sebagai aturan yang memisahkan Eropa Amerika (kulit putih)
dan Afrika Amerika (kulit berwarna) sudah tercipta sejak penghapusan
perbudakan di Amerika yang dipelopori Abraham Lincoln. Bisa dibilang segregasi
adalah jalan terbaik pasca penghapusan perbudakan.
Namun
memasuki pertengahan abad 20, segregasi yang begitu tertanam dan mendarah
daging dalam diri Amerika menimbulkan ketidakadilan, tertinggalnya kulit hitam
Amerika. Mereka juga menerima perlakuan buruk dan diskriminasi. Pemisahan semua
fasilitas umum, sekolah, gereja, bus, rumah sakit dan lainnya. Puncaknya aksi
kelompok Klu Klax Klan yang banyak membunuh kulit hitam.
Bangkitnya
perlawanan tanpa kekerasan oleh Pendeta Baptis Martin Luther King, Jr dan
kawan-kawan, meski harus mengorbankan nyawanya sebagai tumbal, terbukti sukses
meruntuhkan sekat-sekat dan belenggu segregasi. Momen kebebasan ini
ditandai dengan ditanda-tanganinya civil of right oleh Presiden Lyndon B
Johnson yang menghapus segregasi dari bumi Amerika.
Sejarah
membuktikan, pengakuan kebersamaan dan persamaan hak semua ras ini hanya butuh
rentang waktu pendek, kurang 50 tahun kemudian mampu mengantarkan Barrack
Obama ke White House menjadi Presiden AS. Loncatan keberhasilan dari negara
perbudakan, rasial hingga negara plural (majemuk) terjadi dan semakin baik.
Itu
berlangsung di Amerika! Bagaimana dengan di Indonesia? Sepertinya berbanding
terbalik. Sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit, Indonesia terkenal dengan bangsa
yang tolong menolong dan bangsa ramah yang selalu hidup berdampingan.
Ciri musyawarah dan mufakat dan tepo seliro dari suku-suka bangsa di Nusantara
kemudian mengilhami dan melahirkan negara Indonesia yang dibangun di atas
dasar Pancasila, UUD 1945, Kebhinnekaan dan NKRI.
Atas semua
itu kita bangga sebagai bangsa Indonesia. Era Presiden Soekarno dan Presiden
Soeharto semangat ini terus dijaga sehingga membawa bangsa yang kuat. Namun
seiring dengan masuknya Era Reformasi, secercah harapan masih muncul di Era
Presiden Abdulrahman Wahid yang terkenal plural dengan beberapa
keputusannya monumental mengakui Kong Hu Chu dan menghapus cap komunis. Namun
itu hanya berlangsung sementara di masa-masa sekarang Indonesia seolah bergerak
mundur malah terjebak ke segregasi.
Kepastian
hukum yang tidak ada telah melahirkan pelarangan ibadah dan ujungnya tidak
terjamin kebebasan beragama. Timbulnya tindakan anarkis sekelompok orang makin
marak untuk memaksakan kehendaknya. Bahkan, tragisnya lagi belakangan ini
masyarakat semakin cenderung memperjuangkan kepentingan kelompok, suku dan
agamanya.
Jangan heran
dalam bentuk kecil segregasi telah masuk dan merebak ke bangsa ini. Lihatlah
bahwa ada perumahan yang mencantumkan terang-terangan hanya menerima golongan
seagama. Ada salon juga yang hanya menerima satu agama. Bukan tidak mungkin
fenomena ini akan terus berjalan dan membuat semua agama di Indonesia akan
mengelompok menjadi ghetto-ghetto, agar bisa membela dan mendirikan agamanya.
Belum lagi perda-perda yang terus mengakodomir kepentingan tertentu. Apakah
Indonesia bergerak mundur?
Selaras
dengan kondisi bangsa, segregasi sebenarnya terjadi juga dan melembaga dalam
gereja. Bahkan di Indonesia fenomena ini sudah menguat lama. Gereja selalu
terkotak-kotak dalam tembok-tembok bangunan dan aliran. Orang Kristen bahkan
selalu menyebut yang lain dengan “sinis” dengan cap meanstream, kharismatik dan
katolik. Seolah kita ini alergi dengan umat Kristen yang satu.
Manakala
gereja yang satu dilarang, yang lain cenderung diam dan cuek, berpikir selama
gerejanya tidak diganggu. Segregasi itu juga masih kental terlihat saat menikah
meski sesama Kristen, masih belum bisa menerima satu sama lain. Buktinya,
ribuan pasang pemuda gereja tiap tahun menjadi korban. Mereka tidak jadi
menikah hanya karena beda aliran gereja. Sebuah fenomena aneh disaat semua
gereja mengaku mengajarkan kasih Yesus Kristus yang berlandaskan ut omnes
unum sint.
Gambar di
bawah ini adalah bentuk Segradasi yang pernah terjadi, di mana para pekerja
kulit berwarna bekerja dalam sebuag pabrik yang di kunci oleh managernya dari
luar dan saat itu pabrik itu terbakar
para pekerja tewas di dalam pabrik.
3.2 Sejarah
Apartheid
Sejarah Apartheid , Sahabat Sekalian, Pada
kesempatan kali ini Kata Ilmu akan berbagi artikel mengenai sejarah Apartheid.
Istilah Apartheid pertama kali digunakan oleh orang-orang keturunan Belanda
yang lahir di AfrikaSelatan. Istilah itu sendiri mengandung arti pemisahan. Pemisahan
di sini maksudnya adalah pemisahan orang-orang Belanda (kulit putih) dengan
penduduk asli Afrika (kulit hitam). Istilah Apartheid kemudian berkembang
menjadi suatu kebijaksanaan politik. Apartheid, yang menjadi politik
resmi Pemerintahan Afrika Selatan, terdiri atas program-program dan
peraturan-peraturan yang bertujuan untuk melestarikan pemisahan rasial. Secara
structural, Apartheid adalah kebijaksanaan mempertahankan dominasi minoritas
kulit putih atas mayoritas bukan kulit putih melalui pengaturan masyarakat di
bidang social, ekonomi, politik, militer dan kebudayaan. Kebijaksanaan ini
mulai berlaku resmi pada tahun 1948. Orang-orang yang bukan kulit putih
dihalang-halangi untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan politik.
Mereka juga dibatasi untuk dapat bertempat tinggal dan tidak diberikan hak
untuk bepergian dengan bebas. Sebaliknya, orang kulit putih
berhak mengendalikan pemerintahan, termasuk dalam urusan militer dan
polisi.
Munculnya
masalah Apartheid ini berawal dari pendudukan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa
Eropa di Afrika. Bangsa Eropa pertama yang dating ke Afrika Selatan adalah
bangsa Belanda. Bangsa Belanda datang ke Afrika selatan dipimpin oleh Jan
Anthony van Riebeeck (1618-1677). Kedatangan bangsa Belanda di Afrika Selatan
ini menimbulkan masalah baru dalam kehidupan masyarakat di Afrika Selatan.
Kedudukan masyarakat Afrika Selatan menjadi di bawah kedudukan bangsa Eropa
(Belanda atau kulit putih), sehingga masalah warna kulit inilah yang menjadi
titik pangkal munculnya masalah Apartheid. Bangsa Belanda kemudian langsung
menetap. Mereka sering disebut dengan nama bangsa Boer. Kedatangan bangsa
Belanda itu kemudian diikuti oleh bangsa Inggris yang berhasil melakukan
penguasaan
dari ujung Afrika Utara (Mesir) hingga ujung Afrika Selatan (cape Town).
Kedatangan Inggris di Afrika Selatan mengakibatkan meletusnya Perang Boer
(1899-1902) antara Inggris dan orang-orang Boer (Belanda). Dalam perang itu
pihak Inggris berhasil mengalahkan bangsa Boer, sehingga wilayah Afrika Selatan
menjadi daerah kekuasaan Inggris. Inggris akhirnya menjadi penguasa di wilayah
Afrika Selatan, selanjutnya, dibentuklah Uni Afrika Selatan pada tahun 1910.
dengan kemenangan Inggris di Afrika Selatan ini, maka semakin banyak
orang-orang Inggris yang datang ke Afrika Selatan.
Sejak
Inggris berkuasa, di wilayah Afrika Selatan telah dibentuk system pemerintahan
yang berada di bawah pengawasan Inggris. Di wilayah tersebut Inggris juga telah
menjalankan politik rasial (pemisahan berdasarkan ras). Dalam Negara tersebut,
orang kulit putih yang merupakan minoritas menjadi penguasa terhadap orang
kulithitam yang mayoritas. Orang kulit putih, dengan Partai Nasional mendapat
kemenangan dalam pemilu tahun 1948. sejak tahun 1948, Apartheid menjadi
kebijaksanaan resmi Negara Afrika Selatan. Kebijaksanaan ini memungkinkan
bangsa kulit putih Afrika Selatan, yang terdiri dari 15 persen dari jumlah
penduduknya, mengatur segala masalah di negeri itu.
Melalui
kebijaksanaan ini, penduduk Afrika Selatan digolongkan menjadi empat golongan
besar,yaitu kulit putih atau keturunan Eropa, suku bangsa Bantu (salah satu
suku bangsa di Afrika Selatan), orang Asia yang kebanyakan adalah orang
Pakistan dan India, dan orang kulit berwarna atau berdarah campuran,
diantaranya kelompok Melayu Cape. Pemisahan suku yang dilakukan di Afrika
Selatan ini mendapat tanggapan dunia internasional. Bahkan Majelis Umum PBB
mengutuk perbuatan itu. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
tersebut juga mendapat tanggapan yang serius dari rakyat Afrika Selatan. Di
Afrika Selatan sering terjadi gerakan-gerakan pemberontakan untuk menghapus
pemerintahan Apartheid. Gerakan yang terkenal dilakukan oleh kalangan rakyat
kulit hitam Afrika Selatan dipelopori oleh African National Congress (ANC) yang
berada di bawah pimpinan Nelson Mandela. Pada tahun 1961, ia memimpin aksi
rakyat Afrika Selatan untuk tinggal di dalam rumah. Aksi tersebut ditanggapi
oleh pemerintah Apartheid dengan menangkap dan kemudian menjebloskan Mandela ke
penjara Pretoria tahun 1962. Nelson Mandela baru dibebaskan pada tanggal 11
Februari 1990 pada masa pemerintahan Frederik Willem de Klerk. Pembebasan
Nelson Mandela membawa dampak positif terhadap perjuangan rakyat Afrika Selatan
dalam memperjuangkan penghapusan pemerintahan Apartheid. Pada tanggal 2 Mei
1990 untuk pertama kalinya pemerintahan Afrika Selatan mengadakan perundingan
dengan ANC untuk membuat undangundang nonrasial. Pada tanggal 7 Juni 1990 De
Klerk menghapuskan Undang-undang Darurat Negara yang berlaku hampir pada setiap
bagian negara Afrika Selatan. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh Nelson
Mandela dalam menegakkan kekuasaan tanpa adanya rasialisme di Afrika Selatan
dan menghapuskan kekuasaan Apartheid memakan waktu yang cukup lama. Nelson
Mandela terus berjuang untuk mencapai kebebasab negerinya baik perjuangan yang
dilakukan di dalam negerinya, agar mendapat dulungan dari seluruh rakyatnya,
maupun perjuangan yang dilakukan di luar negeri, yaitu untuk mendapatkan
pengakuan atas perjuanganya dalam menghapuskan kekuasaan Apartheid di Afrika
Selatan. Upaya-upaya yang ditempuh oleh Nelson Mandela tersebut mulai
menampakkan hasil yang menggembirakan, ketika pwemerintah minoritas kulit putih
di bawah pimpinan F.W. De Klerk memberikan angina segar kebebasan bagi warga
kulit hitam. Pada tanggal 21 Februari 1991, di hadapan siding parlemen Afrika
Selatan, presiden F.W. De Klerk mengumumkan penghapusan semua ketentuan dan
eksistensi system politik Apartheid. Pengumuman itu diikuti dengan penghapusan
3 undang-undang yang memperkuat kekuasaan Apartheid, yaitu :
• Land act,
yaitu undang-undang yang melarang orang kulit hitam memiliki tanah di luar wilayah tempat tinggal yang telah
ditentukan.
• Group
Areas Act, yaitu undang-undang yang mengatur pemisahan tempat tinggal orang-orang kulit putih dan kulit
hitam, dan
• Population
Registration Act, yaitu undang-undang yang mewajibkan semua orang kulit hitam untuk mendaftarkan diri
menurut kelompok suku masing-masing.
Penghapusan
undang-undang tersebut diikuti dengan janji pemerintahan De Klerk untuk
menyelenggarakan pemilu tanpa pembatasan rasial (pemilu multirasial).Garis
politik yang ditempuh Presiden De Klerk tersebut menghentak banyak pihak dan
membangkitkan semangat perjuangan orang-orang kulit hitam dalam rangka
memperjuangkan Afrika Selatan tanpa adanya perbedaan rasialis.
Ketika
diadakan pemilu multirasial pertama tahun 1994, partai yang dipimpin oleh
Nelson Mandela, ANC, berhasil menjadi pemenang. Pada tanggal 9 Mei 1994, Nelson
Mandela dipilih oleh Majelis Nasional (Parlemen Afrika Selatan) sebagai
presiden Afrika Selatan. Ia adalah presiden pertama dari orang kulit hitam.
Pada tanggal 10 Mei 1994 Nelson Mandela dilantik sebagai presiden dalam upacara
megah di Union Building, Pretoria. Upacara pelantikan dihadiri oleh sejumlah
tokoh dunia dan disaksikan jutaan mata pemirsa televise baik dari dalam maupun
luar Afrika Selatan. Peristiwa bersejarah ini merupakan puncak perjuangan
rakyat Afrika Selatan. Sejak terhapusnya kekuasaan Apartheid, Afrika Selatan
mulai membangun negerinya agar dapat sederajat dengan Negara-negara lain di
dunia.
Nelson Mandela Tokoh/aktor Penting dalam Penghapusan
Apartheid.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Segregasi adalah
pemisahan kelompok ras atau etnis secara paksa. Segregasi merupakan bentuk
pelembagaan diskriminasi yang diterapkan dalam struktur sosial.
Perbedaan
ras yang kemudian menimbulkan diskriminasi pemisahan warga negara yang
dibedakan berdasarkan warna ras kulit. Kebijakan-kebijkan baru yang kemudian dikenal
dengan nama Apartheid, yaitu pemisahan orang-orang kulit putih dengan
orang-orang berwarna. Menjadikan pemicu utama terjadinya konflik di Afrika
Selatan selama bertahun-tahun.
Tekanan dari
berbagai pihak dalam penghapusan Politik Apartheid di Afrika Selatan. Baik dari
dalam maupun luar negeri, menyebabkan terus berkurangnya dukungan politik
terhadap rezim Apartheid, dan memaksa de Klerk membebaskan Nelson Mandela dan
tahanan politik lainnya. Dengan pembebasan Nelson Mandela tersebut membawa dampak
positif terhadap perjuangan rakyat Afrika Selatan, seperti dengan kemudian
dihapusnya Undang-undang dasar negara tetang rasialisme yang berlaku hampir di
setiap bagian Afrika Selatan, yang kemudian politik tersebut berakhir bersamaan dengan dipilihnya Nelson
Mandela sebagai presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan.
4.2 Saran
Diharap dalam kehidupan sehari-hari kita tidak boleh
membeda-bedakan warna kulit karena itu bersifat rasisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar